Home

February 21, 2014

A PAIR JAVANESE ART NOUVEAU CHAIRS



# Pada kursi yang kiri ada repair lama pada pegangan lengan bawah kanan, dan 2 kaki depan ada siku penguat besi.
----------------------------------------------------------------------------------------------------

# Pada kursi yang kanan, di pangkal lengan kiri ada bekas pecah, di pangkal kanan ada bekas dempul pada kayu yang sudah pelos. Di ujung kiri-kanan pegangan kursi pas pada tekukan ada tambalan kayu. Tambalan yang kiri tidak ada 'tali air-nya'.
Tadi semua adalah repair-an lama.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------

# Pada kursi yang kanan lagi, pada sandaran ada chip sedikit, pada bagian belakangnya ditiang sebelah kiri ada semacam dempul pada ujung yang pelos, mungkin dulu sering ter-adu dengan tembok belakangnya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------

# Ujung kaki kursi ( mengingatkan pada 'sesuatu' ? ) kadang cukup efisien untuk mengetahui usia furniture, lama atau barang baru / repro. Tanda-tanda terpakai atau patina biasanya akan terlihat disini, ujung yang menahan beban selama puluhan tahun akan kelihatan padat dan tumpul, dan ada semacam warna / minyak yang lebih tua yang meresap keatas (dari kelembapan udara lantai). Oleh para pe-repro profesional disiasati supaya mendapat wujud fisik yang sama, kayunya dipukul atau ditumbuk berulang-ulang dengan benda keras. Buat anda yang teliti, kebohongan ini akan tetap terlihat, karena kayu yang dipukul kepadatannya hanya sebatas permukaan saja, tidak "dalam" dan terasa instan. Tapi diatas langit masih ada ozon, sekali dua kali, kita akan tertipu juga.
------------------------------------------------------------------------------------------------------
# Kursi "Semarangan" dengan lengan biasanya lebih besar dari pada kursi "Semarangan" tampa lengan, atau kursi makan, lumayan terasa beda besarnya. Hal yang sama berlaku untuk semua "gaya" kursi lainnya, antara yang berlengan dan yang tidak, walaupun kadang tidak terlalu jauh bedanya.
( kursi yang tampa lengan hanya sebagai pembanding saja, tidak / belum ditawarkan, masih milik juragan saya ).
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

# Namanya juga sepasang, bukan 2 buah, maka harus ada bedanya.
Perbedaannya ada pada mahkota sandaran atas, juga pada kaki depannya, yang satu lebih ngangkang, satunya lagi lebih rapet.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sepasang kursi tamu "Semarangan".
Kayu jati dan rotan.
1930 - 1950. Jawa, Indonesia.
Lebar 55 - 56cm, kedalam 48 -49cm, tinggi 116cm.
Pelitur dan anyaman rotan sudah bukan aslinya, dikerjakan / diganti sekitar 8 - 10 tahun yang lalu.

Gaya "Semarangan" bisa dikatakan adalah bentuk 'penyederhanaan' secara teknis dari aliran Art Nouveau yang masuk ke Indonesia. Biasanya bentuk ornamen motif, sulur, bunga, dan lainnya cenderung lebih tidak berdimensi dibandingkan dengan motif sejenis dari ibu kandungnya di Eropa. Penggarapan dimensi motif hanyalah seperlunya saja, lebih mengutamakan permainan liuk lekuk, keluar masuk dan tebal tipis garis di ukirannya. Pada beberapa tahap malah lebih ekstrim, hanya bentuk flat, mirip mainan guntingan kertas lipat atau pola stensilan, mirip dengan bayangan atau siluet motif saja. Tampilan motif dengan mengambil intisari wujud siluetnya bukan hal baru bagi orang Jawa, yang terbiasa dengan wayang kulitnya. Jadi 'Semarangan' adalah hasil interpretasi orang Indonesia jaman dulu terhadap Art Nouveau dari luar, maka dari itu walaupun bukan kebudayaan tradisional, furniture gaya 'Semarangan' hanya ada di Indonesia, tidak seperti gaya furniture Eropa lain yang menyebar di banyak negara Asia.
Gaya 'Semarangan' secara 'sekenanya' dapat dibagi dalam 3 jenis, yang lebih ke Eropa, yang ada unsur 'Jawa'nya dan yang agak ke 'Cina-cina'an. Unsur Cina juga punya andil di 'Semarangan' terutama dengan 'tali air'nya. 'Semarangan' juga sangat konsisten dengan ide awal Art Nouveau, bahwa motif adalah kontempelasi dari unsur alam, biomorfis, jadi cenderung luwes dan elastis. Gaya Art Nouveau sangat jarang (kalau tidak mau dibilang tidak ada) bentuk motif yang patah-patah, geometrik, atau wujud realistis nyata sebagai motif. Wujud realistis sering tampil sebagai bentuk utamanya, tapi dengan segala elemen yang sudah dideformasi dalam pakem Art Nouveau, contohnya seperti kalau ada figur wanita, rambutnya terurai meliuk-liuk seperti tanaman / sulur, atau bunga tulip, tp tangkainya membentuk motif, intinya tidak ada bentuk realistik yang tampil apa adanya. Jangan selalu percaya dengan apa yang di tulis di Ebay, karena itu yang penting payu, open market, banyak (tidak semua) yang tidak ada tanggung jawab moral dan ideologinya.

Kembali kemasalah dagangan ( jadi pengen payu juga spt Ebay,,,), kursi ini dikoleksi sekitar 8 - 10 tahun lalu, sayang ketika didapat pelitur sudah dikerok, padahal pelitur jaman dulu sangat baik, dibuat sampai 4 -5 lapis, dan yang menyedihkan adalah jejak patina lawasnya ikut terhapus bersama peliturnya. Didapatkan sepasang, katanya hanya ada itu, tapi mungkin saja lebih. Kursi ini aslinya dulu memakai jok busa, kursi tamu istilahnya, tapi terasa lebih cocok yang menduduki hanya tuan rumahnya, tamunya silahkan ngedeplok dilantai saja.
Kedua kursi ini, tidak berikut meja dan perabot lainnya :
Zold-Jakarta