Home

June 10, 2016

1 SET KOMIK WAYANG RAMAYANA
















10 BUKU KOMIK WAYANG RAMAYANA
Karya R.A. Kosasih
Terbitan ' Toko Melodie', Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Cetakan pertama 1954 - 1955
14,5cm x 20,5cm
10 jilid - Tamat, masing-masing 42 halaman
# 1 > PERNIKAHAN DENGAN PUTRI MANTILI
# 2 > BENTJANA DALAM RIMBA DANDAKA
# 3 > HANOMAN PENDEKAR PANTJAWATI
# 4 > TAMBAK SETU BANDALAYU
# 5 > HANTJURNJA DAERAH RAWAKUMBALA
# 6 > BANDJIR DARAH DI ALENGKA
# 7 > SARPAKANAKA BINASA
# 8 > TUGANGGA HANOMAN PUTRA
# 9 > RAHWANA ANGKARA MURKA 1
# 10 > RAHWANA ANGKARA MURKA 2
Ada noda, lecet, gripis sedikit-sedikit, relatif masih baik
Staples sudah rapuh, halaman mudah lepas seperti umumnya kondisi buku sejenis

Buku komik wayang paling laris pada jamannya, dicetak hingga ribuan eksemplar. Tetapi yang tersisa saat ini dalam kondisi baik tidaklah banyak, hal yang umum terjadi pada buku yang dibuat untuk kalangan rakyat biasa. Kualitas kertas dan cetakan dibuat dengan biaya semurah mungkin agar terjangkau oleh pangsa pasar menengah ke bawah, dan sifatnya yang temporer, di baca satu-dua kali mengisi waktu luang, setelah itu dapat dipinjamkan ke teman atau kerabat.

Komik wayang pada masanya berkembang tampa mengalami hambatan yang berarti, karena saat itu citra segala sesuatu yang ber-akar dari tradisi kerakyatan ( wayang ) adalah sejalan dengan paham politik di tahun 50an yang ke 'Kiri-kiri'an.

Hal yang berbeda dialami oleh komik R.A. Kosasih lainnya, seperti Sri Asih dan Siti Gahara. Kedua seri komik tersebut mengalami reaksi keras dari unsur masyarakat tertentu, yang menganggap ide komik ini terlalu ke' Barat-barat'an dengan unsur 'superhero' nya, tidak realistis, tidak mendidik dengan membuat masyarakat hanya ber'mimpi' dan tidak sejalan dengan paham anti 'Barat' pada saat itu.
Hal yang tidak dapat dipungkiri oleh R.A. Kosasih dan pihak penerbit, walau tokoh utamanya diciptakan dari basic pewayangan dan '1001 malam', ide cerita dan tokoh yang kontemporer banyak terispirasi oleh komik superhero dari Barat.

Di beberapa halaman 'iklan' komik ini tercatat sedikit peristiwa penolakan komik Sri Asih dan Siti Gahara, serta reaksi positif penerbit dan pengarang untuk mengakhiri 'kontroversi' yang terjadi saat itu, termasuk menerbitkan seri baru untuk anak-anak yang sangat co-operative ( buku boleh dikembalikan kalau guru / orang-tua tak berkenan ).

Persepsi bahwa komik tidak baik untuk perkembangan kejiwaan anak adalah hal yang umum terjadi dalam masyarakat kita. Tidak hanya pada tahun 50an, di tahun 70 - 90an ketika komik Indonesia berkembang pesat persepsi ini tetap ada dalam sekelompok masyarakat. Bahkan di era sekarang, ketika komik 'Indonesia asli' sudah lesu, penolakan untuk membiarkan anak membaca komik tetap ada pada segelintir orang.
Padahal komik dalam perspektif 'yang baik' adalah salah satu pintu pertama ketika seorang anak mulai tertarik untuk membaca dan ber-imajinasi.

Ke 10 komik ini :
Zold - Lubuk Linggau