Home

September 1, 2015

DUTCH EAST INDIES CAMPAIGN DESK
















MEJA 'LAPANGAN' NEDERLANDS-INDIE 
Kayu jati berpelitur
1850 - 1900, Jawa ( ? ), Indonesia
Marking stempel bakar ' DZ & Co '
85cm x 65cm, tinggi 89cm
Ada repair lama pada sudut bawah depan meja, ada pelitur ulang lama hanya pada bagian papan atas, ada 1 flex, sedikit cuil dan retak. Rantai pengait untuk mempermudah pemasangan sudah tak ada.

Meja yang biasanya dibawa diatas pelana kuda, dipergunakan untuk kebutuhan militer di medan tempur. Oleh komandan atau panglima pasukan meja ini berfungsi untuk meja makan, tulis menulis atau mengatur strategi. Beredar di era Victorian, meja ini menjadi langka di abad 20, karena hancur dalam pertempuran atau diabaikan karena berubahnya pola kebutuhan militer sesuai perkembangan jaman.

Ukuran meja jenis ini umumnya tidak besar, kebanyakan lebih kecil dari meja ini karena memperhitungkan faktor kepraktisan dan mobilitas tinggi. Berbeda dengan meja "campaign' abad 20 yang berukuran standar meja tulis, karena fungsinya bukan untuk militer, hanya design bentuknya saja yang mengadaptasi meja 'campaign' era Victorian.

Hal yang membuat meja ini menjadi baik bukan hanya keunikan fungsi dan kelangkaannya saja, tapi pelitur yang sebagian besar masih asli adalah faktor penting lainnya. Pelitur pada furniture sangat menentukan persepsi originalitas suatu benda, karena dia adalah cover atau kulit dari benda itu sendiri, yang menyerap semua tanda perubahan waktu dan cuaca dalam rentang usia si benda.

Di Amerika sampai tahun 1960 - 1970 ada suatu persepsi sikap terhadap furniture, yaitu sikap untuk membuat semua benda yang dimiliki terlihat seperti baru, sama seperti seakan-akan baru selesai dibuat pada masanya. Semua patina dan tanda-tanda pemakaian di kerok habis dan dipelitur ulang. Suatu masa yang membuat Amerika kehilangan sebagian besar furniture orisinilnya, kehilangan yang masih ditangisi sampai sekarang oleh kolektor dan pencinta furniture disana.
Sampai detik inipun masih banyak toko antik disana yang mempelitur ulang semua benda yang dimiliki, hal ini tergantung pada kebiasaan, kebutuhan konsumen, kadar selera artistik / cita rasa dan tingkat intelektualitas individunya.

Menemukan suatu benda dengan patina dan oksidasi asli di Indonesia adalah susah-susah gampang, gampang : karena banyak sekali benda furniture antik kita yang tersembunyi atau diabaikan sehingga tak tersentuh untuk di 'bagus-bagusi' oleh pemiliknya. Susah : karena seringnya kerusakan oleh udara tropis yg lembab dan dalam proses revitalisasinya sering jatuh ketangan yang tidak memahami esensi dari originilitas benda itu sendiri.
Oleh karena itu, kalau kita masih menemukan suatu furniture dengan pelitur dan patina aslinya, cermati dan nikmatilah, karena itu adalah 'catatan' perjalanan waktu selama puluhan atau ratusan tahun.

Ref. sebagian dari 'The Big Book Of Antique Furniture' oleh David P. Lindquist & Caroline C. Warren

Zold - Surabaya