BENDA ANTIK ORISINIL, VINTAGE DAN KONTEMPORER. -------------------------------------------------------- "Semua sentuhan, keringat, debu dan cuaca, meninggalkan jejak tanda kehidupan, menciptakan nyawa ,,," - FILOSOFI PATINA ................................................................................................ patinantik@gmail.com ......+62-878-3901-8182
Home
▼
May 30, 2019
AMSTEL BIER PORCELAIN ENAMEL SIGN
IKLAN ENAMEL AMSTEL BIER
Porselen enamel diatas besi baja
1920 - 1930an, buatan Belanda untuk wilayah Hindia Belanda
146 cm x 50 cm
# Ada karat & enamel lepas terutama sekitar lubang-lubang pemasangan
# Pada bagian bawah ada tambal dengan besi penjepit menutupi 2 kotak lubang terpotong (5 cm x 5 cm) bekas penahan pada pemasangan oleh pemilik sebelumnya.
# Ada sedikit lengkung alami fleksibel karena usia dan pemakaian, juga karena bentuk enamel yg besar memanjang, ketika terpasang enamel dapat lurus kembali
# Kilap relatif masih baik
Penyulingan bir Amstel dibangun pada tahun 1870 diatas padang rumput Mauritskade kota Amsterdam, Belanda dan melakukan penyulingan bir pertamanya pada tahun 1871.
Namanya berasal dari sungai Amstel yang air es musim dinginnya dimanfaatkan oleh penyulingan ini sebagai pendingin fermentasi dalam ruangan-ruangan yg dibangun secara khusus.
Export bir produk Amstel Bier ke wilayah Hindia Belanda sudah dimulai sejak tahun 1883, beberapa importir produk ini diantaranya E. Dunlop & Co dan N.V. Harmsen Verwey & Co untuk wilayah Batavia, Cirebon, Semarang, Surabaya dan sekitar.
Sedangkan untuk wilayah Sumatera dan sekitar terdapat importir seperti N.V Handel Maatschappij Deli Atjeh dan Van Nie & Co (perwakilan dagang KPM).
Produk Amstel Bier untuk export terutama ke wilayah Ned, Indie seperti yang tergambar pada iklan enamel diatas mempunyai bentuk botol dan design merk yang berbeda dengan produk untuk pangsa pasar di Belanda.
Beberapa iklan ini menunjukkan perjalanan waktu dan importir-importir Amstel Bier di Hindia Belanda :
Etiket Amstel Bier di Belanda pada akhir abad 19 dan etiket Amstel Bier untuk importir 'Deli - Atjeh' diawal abad 20.
Iklan Amstel Bier dari importir Hamsen Verwey & E. Dunlop pada tahun 1900, 1901 dan 1930an
Amstel Bier oleh importir Van Nie & Co tahun 1914, 1927 dan 30an
Iklan pada majalah Ned. Indie terbitan di Batavia : d'Orient No.31 tanggal 30 Juni 1932
Ikalan Amstel Bier untuk wilayah Suriname pada tahun 30 - 40an
Iklan Enamel dan kertas pangsa pasar di Belanda pada tahun 1930 - 1940an. Iklan enamel buatan pabrikan Jerman : Boos & Hahn, Ortenberg. Enamel ini di reproduksi ulang pada tahun 1980an dengan merubah warna coklat krem ke biru muda pada b.g bawahnya.
Bir didaerah Hindia Belanda (Indonesia) memang mempunyai sejarah yang panjang sejak masuknya kedaerah ini pada pertengahan abad 19, menjadi komoditas yang populer untuk kalangan menengah keatas pada masanya.
Popularitas bir dapat terlihat dr banyaknya merk dagang yang di-import langsung dari berbagai negara diantaranya seperti :
# Amstel Bier (Amsterdam, Belanda)
# Heineken (Amsterdam Belanda)
# Beck's (Bremen Jerman) dengan merk dagang 'Koentji Bier'
# Kloster Bier (Jerman)
# Guinness (Dublin Irlandia) oleh E & J Burke, di-import oleh Geo Wehry & Co dengan merk dagang 'Tjap Koetjing'
# Peter Walker / Fort Brewery (Skotlandia / Inggris) di-import oleh H & W. Greer Ltd dengan merk 'The Boy Brand'
# Tap Brand (Jepang) di-import oleh NV Borneo Sumatra Maatschappij (Borsumij) dengan merk 'Kraan'
Heineken di Hindia Belanda
Beck's Bier dengan merk Tjap Koentji
Bir 'Kraan' dari Jepang dan Burke's Guinness dengan merk Tjap Koetjing
Seiring perkembangan waktu, konsumsi bir yang besar di Hindia Belanda membuat bir import mengalami kendala, selain proses pengiriman yg harus hati-hati, waktu perjalanan yang lama dan ongkos yang tinggi memunculkan ide persaingan mendapatkan bir dengan cara yang lebih efisien, yaitu membuat bir langsung di tanah Nusantara.
Ambisi ini bukanlah hal yang mudah dan sederhana, bir membutuhkan pendinginan dalam proses fermentasinya, Hindia Belanda abad 19 belum memiliki es atau kulkas dan listrik secara mudah untuk menunjang proses pendinginan tersebut di tanah tropis.
Seiring perkembangan industri, pembuatan bir di Hindia Belanda baru dapat dikatakan sepenuhnya berhasil pada akhir abad 19 hingga awal abad 20.
Pembuatan bir pertama di Hindia Belanda tercatat dilakukan oleh Mr. Delmout & Voulaire yang mendirikan pabrik penyulingan bir Brouwerij De Kroon di Batavia pada tahun 1885, 15 tahun setelah berdirinya pabrik es pertama Petodjo Ijs.
Produksi pertamanya pada tanggal 6 May 1886 menghasilkan 3.000 botol bir perhari dengan merk dagang Princesse yang harganya hanya separuh dari bir import. Tetapi perusahaan ini hanya bertahan 5 tahun, dinyatakan pailit pada 1890.
Pembuatan pabrik bir berikutnya dilakukan oleh Arthur Ziegenbalg yang mendirikan Eerste Bat. Bierbrouwerij di Noordwijk Batavia pada tahun 1906, tetapi hanya bertahan selama setahun, bangkrut ditahun 1907.
N.V. Nederlandsch-Indische Bierbrouwerijen didirikan pada tahun 1921 di Medan. Brewery mulai dibangun pada tahun 1929 di Ngagel, Surabaya dan resmi beroperasi pada tahun 1931.
Perusahaan bir yang kemudian dikuasai oleh Heineken ini mengeluarkan bir lokal Java Bier yang menggunakan Nathan System, suatu cara pembuatan bir baru di daerah tropis yang tidak membutuhkan waktu fermentasi lama seperti umumnya pembuatan bir tradisional.
Pada tahun 1937 setelah renovasi dan pengembangan, N.V. Nederlandsch-Indische Bierbrouwerijen dirubah menjadi N.V. Heineken’s Nederlandsch-Indische Bierbrouwerij Maatschappij. Semua bir Heineken import telah dihentikan, produksi bir Heineken identik sebagai Tjap Bintang, selain itu terdapat merk Rex Bier dan Java Bier andalannya.
Setelah kemerdekaan 1951 berubah nama lagi menjadi N.V. Heineken’s Indonesische Bierbrouwerij Maatschappij dan sempat diambil alih pemerintah Indonesia dalam rangka nasionalisasi perusahaan asing. Heineken memperoleh kembali kepemilikannya pada 1967 dan kini bernama Multi Bintang Indonesia, produsen Heineken dan Bir Bintang saat ini
Merk lokal Java Bier dan bangunan brewery di Surabaya yang didirikan pada tahun 1929. Foto memperlihatkan para pengunjung 'Bierhal' di dekat 'Simpangsche Bazaar' Surabaya pada tahun 1920an.
N.V. Archipel Brouwerij Compagnie mulai dibangun pada 1931 di Batavia dan resmi beroperasi pada 1933 dibawah manajemen Geo Wehry & Co, importir untuk merk dagang 'Tjap Koetjing' dan 'Tjap Koentji' milik Beck's Bier. Perusahaan ini menghasilkan beberapa merk dagang bir lokal seperti 'Diamant Pils', 'Angker Pils', 'Kris Bier' dan 'Tjap Meriam / Kanon Bier'.
Setelah Heineken gagal mengakuisisinya, N.V. Borneo Sumatra Maatschappij (Borsumij) mengambil alih perusahaan bir ini dan merubah namanya menjadi N.V. Oranjebrouwerijen.
Dimasa sekarang kita mengenal perusahaan ini dengan nama P.T. Delta Djakarta Tbk, produsen merk dagang Angker Bir dengan San Miguel memiliki saham didalamnya.
Merk lokal 'Anker Pils' dan 'Kris Bier' produksi di Hindia Belanda oleh Beck's Bier Jerman.
Untuk nasib Amstel Bier sendiri di negeri Belanda juga mengalami pengambil alihan oleh Heineken pada tahun 1968.
Kemudian memindahkan produksi Amstel Brewery di Amsterdam ke Zoeterwoude pada tahun 1972, bangunan lamanya turut dihancurkan.
Iklan enamel Amstel Bier generasi awal yang cukup langka ini kini menjadi bukti kejayaan perusahaan ini pada masa lampau, sekaligus bagian dari perjalanan tradisi dan industri bir ditanah Hindia Belanda.
1 buah plang enamel :
Zold - Jkt
May 10, 2019
LETTERPRESS PRINTER BLOCK'S XII
14 BUAH PLAT CETAK LABEL ROKOK DLL
Plat timah diatas kayu
1940 - 1950an, Jawa Tengah
# Plat gambar gunung & sawah, 15,8 cm x 5,2 cm x 2 cm
# Plat gambar jangkar, 13,5 cm x 4,3 cm x 2 cm
# Label Seroetoe Tjap 'Tempat Minjak', Temanggoeng
# Kertas rokok tjap 'Pemudi', 10,5 cm x 6 cm x 2 cm
# Label untuk kretek 'Pemudi', 11 cm x 6,5 cm x 2 cm
# Kertas sigaret cap 'Manis', 10,8 cm x 7 cm x 2 cm
# Label bumbu masak Tjap 'Kakie', 14,5 cm x 6 cm x 2 cm
# Kertas rokok 'Indian Apache', 12,5 cm x 6,8 cm x 2 cm
# Label 'Rapina', 10 cm x 7 cm x 2 cm
# Kertas rokok cap 'Manis', 9,5 cm x 9 cm x 1,5 cm
# Label rokok 'Tjaping', 8,5 cm x 6,5 cm x 2 cm
# Kopie Bubuk Tjap Timbangan, 9 cm x 6,5 cm x 2 cm
# Rokok Tjap Sariroso, Magelang, 10,5 x 7 cm x 2 cm
# Plat lingkaran 7 cm x 7 cm x 2 cm
14 buah plat:
Zold - Jakarta
LETTERPRESS PRINTER BLOCK'S XI
12 BUAH PLAT CETAK LABEL & BUNGKUS ROKOK DLL
Terbuat dari timah & kayu
1940 - 1950an, Jawa Tengah
# Rokok Tjap Pajung, Wonosobo. 27,5 cm x 12 cm x 2cm
# Rokok Tjap 3 Glas. 24,5 cm x 5 cm x 2,5 cm
# Label Kembang Gula Lontjeng, 19 cm x 8,5 cm x 2 cm
# Label N.V Baker, Jogja, 21 cm x 10,5 cm x 2 cm
# Rokok Tjap Potlot, 21,5 cm x 8 cm x 2 cm
# Rokok Manjar Mas, Magelang, 22 cm x 9 cm x 2 cm
# Bungkus rokok Rochmat, Hadipuswito, Wonosobo, 17 cm x 7 cm x 2 cm
# Bungkus rokok 'Melati', Sleman, Jogja, 19,5 cm x 8,5 cm x 2 cm
# Bungkus rokok 'Samsul', 17,5 cm x 7,5 cm x 2 cm
# Bungkus rokok 'Tasbeh' 16 cm x 8 cm x 2 cm
# Bungkus rokok Tjap 'Dasi', Ik Liong & Co, Moentilan, 19 cm x 7 cm x 2 cm
# Bungkus rokok Tjap 'Dasi', 19,5 cm x 7 cm x 2 cm
12 buah :
Zold - Jakarta
LETTERPRESS PRINTER BLOCK"S X
1 BUAH PLAT CETAK KERTAS SEMBAHYANG PERANAKAN
Timah dan kayu
1940 - 1960an, Jawa Tengah
26.3 x 11.3 x 2 cm
1 buah:
Zold - Jakarta